Masyarakat
 menolak perbajangan bandara udara nabire. Bagi mereka, perpanjangan 
bandara udara nabire hanya akan mengangu kehidupan tiga kampung: Kampung
 Harapan, Karang Barat, dan Mapiduba.
|  | 
| Lapangan Terbang Nabire | 
Pemerintahan
 Kabupaten Nabire periode 2010-2015 beberapa waktu lalu mengumumkan 
delapan program prioritas dalam seratus hari pertama masa kerjanya. 
Salah satunya ialah perpanjangan Bandar Udara Kabupaten Nabire. 
Harapannya, bandara ini dapat membuka isolasi kabupaten nabire dan 
kabupaten-kabupaten lainya di pegunungan tengah Papua.
Program ini menimbulkan pro dan kontra. Soalnya proses perpanjangan 
bandara itu akan mengusur perumahan warga karang dan fasilitas sosial di
 lokasi yang menjadi area perpanjangan.
Pro
 dan kontra tidak hanya terjadi dikalangan elit kabupaten Nabire tetapi 
juga terjadi dalam segenap lapisan masyarakat. Terutama masyarakat tiga 
kampung (kampung harapan, karang barat, dan mapidoba)  yang akan terkena
 dampak langsung adanya perpanjangan Bandar Udara Nabire.
Namun,
 Jika diamati dengan saksama, mayoritas masyarakat tiga kampung ini 
menolak perpanjangan bandara. Hanya sebagian kecil saja yang menerima 
program perpanjangan bandara. Itu pun dicurigai karena mereka diboncengi
 oleh kepentingan investor.
Penolakan
Seperti
 yang dilansir  isiindonesia.com. Masyarakat tiga kampung tolak 
perpanjangan Bandar udara Nabire. Hal itu disampaikan mereka pada saat  
Bupati bersama dengan rombongan (kelompok kerja pelaksana 100hari kerja)
 yang menanggani masalah pengukuran lokasi perpanjangan bandara meninjau
 lokasi.
Penolakan
  terjadi karena masyarakat tiga kampung yang suda disebutkan diatas 
menolak untuk direlokasi ke tempat lain. Bagi mereka, tempat yang mereka
 huni selama bertahun-tahun suda seperti kampung halaman mereka 
sendriri.
“Kami
 warga tiga kampung ini sudah puluhan tahun tinggal di atas tanah ini 
dan kami sudah bersahabat dengan alam disini bahkan beranak cucu 
ditempat ini. Jadi, kami tidak akan tinggalkan tempat ini dan menolak 
rencana Pemda memperpanjang Lapter itu.” tutur salah satu warga.
“Pemerintah
 tidak perlu menggangu kami masyarakat dan kami juga tidak akan 
menganggu kamu, jadi kalau mau bangun daerah lihat dulu baik-baik. 
Bupati ini ingatkah tidak, ‘kitorang ini yang kasih dia suara 
banyak-banyak baro..?”  Tambah yang lain.
Sementara
 itu, beberpa orang tua karang barat yang dihubungi kru Rechabar On-Line
 menyatakan hal yang sama. “Kami orang tua kompask su bilang bapa 
bupati. Kami tidak mau dipindahkan dari sini.” Kata salah satu orang tua
 via telpon.
Dipihak
 lain, anak-anak rekabar yang saat ini sedang kulia dan tersebar 
diberbagai kota study di Indonesia juga menyatakan hal yang sama. Pada 
intinya mereka menolak upaya tersebut.
Mereka
 melakukan diskusi melalui Group Facebook Rechabar On-Line. Rekabar 
menilai, kabupaten nabire masi luas. Kenapa tidak dibangun ditempat 
lain, di tempat yang belum ada penduduknya. Misalanya dikaladiri II, di 
lahan yang suda di sediakan oleh bupati periode sebelumnya. Bukankah 
Pembangunan adalah proses berkelanjutan.
Di
 pihak lain, program ini juga belum membuat study kelayakan dan study 
kepatutan. Seharusnya pemerintah melakukan hal ini agar mengetahui 
dampak sosial dan ekologi yang akan ditimbulkannya. 
Yang
 lebih ekstrim, Rekabar bahkan mengangap eksistensi rekabar jauh lebih 
penting dari segalahnya. Jika lapangan bandara dibangun otomatis hal ini
 akan menghapus nama rekabar dari kabupaten nabire. Jelas rekabar 
menolak program ini. “Sekali rekabar, tetap rekabar” kata salah satu 
dari mereka.
Dukungan Penolakan
Rupanya,
 penolakan tidak hanya datang dari rekabar. Menurut Informasi yang 
diterima oleh kru Rechabar on-line Pastor Paroki KSK Nabire pun 
menyatakan keberatannya. Menurutnya, jika lapangan diperpanjang, itu 
jelas akan mengusur umat paroki KSK di sekitar Kampung Harapan, Karang 
Barat dan Mapidoba. Yang mana, ketiga kampung ini adalah basis umat 
katolik Paroki KSK. Mereka selalu berpartisipasi aktif dalam kegiatan 
gereja.
Dipihak
 lain, perpanjangan Bandara ini juga akan mengngangu kegiatan 
peribadahan di Gerja KSK. Suara bising dari pesawat yang tingal landas 
di lapangan yang sekarang saja suda cukup mengangu ibada misa hari 
minggu. Apalagi Jika diperpanajang dan kemudian didarati oleh pesawat 
berukuran besar. Pasti umat katolik akan tergangu dalam misa hari 
minggu.
Tidak
 hanya itu, Papua Post Nabire melansir penolakan datang juga dari DPRD 
Kabupaten Nabire yang merupakan refresentatif dari masyarakat. Seperti 
yang dikatakan oleh ketua tim lintas komisi, Yehuda Gobai dalam kaitanya
 dengan rencana perpanjangan Bandar Udara Nabire. 
“Sebagai
 wakil rakyat kami sudah mendengar adanya aspirasi ini, namun kami ingin
 melihat dan mendengar langsung. Kini kami telah tahu persis aspirasi 
masyarakat Karang Tumaritis. Pertemuan ini resmi. Kami akan bawa ke 
gedung dewan dan akan kami bahas sesuai mekanisme DPRD. Namun setelah 
kami mendengar aspirasi masyarakat, sebagai wakil rakyat kami mendukung 
aspirasi ini. Karena masyarakat menolak perpanjangan Bandara maka kami 
dari DPRD juga menolak rencana itu,” tuturnya dalam sebuah pertemuan di 
Kantro Kelurahan Karang Tumaritis Nabire besama warga.
DPR
 bahkan berencana mengunakan hak interflasinya untuk  memangil bupati 
dan kepala dinas perhubunagan untuk meminta kelarifikasi atas rencana 
perpanjangan bandara yang suda jelas ditolak oleh masyarakat.
Wakil
 Ketua Komisi A DPRD kabupaten Nabire Drs. A. P. Youw Juga menyatakan 
penolakannya. Menrut sosok yang perna menduduku jabatan bupati selama 
dua periode di kabupaten nabire ini, jika proses perpanjangannya terus 
dilakakuna, ada tiga hal yang harus diperhatikan. 
Pertama,
 jika terus dilakukan perpanjangan, pesawat ukuran besar yang mendarat 
akan terhalang gunung yang terletak di belakang Bataliun 753 Nabire. 
Kedua, biaya yang dikeluarkan pun akan jauh lebih besar. Pemerintah 
harus merelokasi penduduk yang suda bertahun-tahun tingal di tiga 
kampung, menganti rugi tanah, rumah dan fasilita sosial seperti gereja, 
masjid, rumah sakit, dan lain-lain. Ini akan makan biaya banyak. Ketiga,
 sebuah bandara tidak layak berada di tengah kota, diantar pemukiman 
warga. 
Ia
 juga menjelaskan bahwa pemeritah pada masa kepemimpinannya suda 
menyiapkan lokasi pembangunan bandara baru di Kaladiri. Lahan ini suda 
melewati presentase dan uji kelayakan. Disamping itu juga telah 
dilakukan pembayaran hak ulayat. Bupati yang baru tingal meneruskan. 
Dengan
 didukung dana bantuan baik dari pemerintah provinsi maupun pusat serta 
suasta bandara baru dikaladiri itu bukan mustahil untuk diwujutkan 
tandasnya. 
Jadi, apa program ini harus dilanjutkan?
Begitu Sudah
Berbagi Itu Selalua Indah
Ketentuan Berkomentar:
1. Harus Mengunakan Akun Google
2. Tidak Boleh membuat komentar Spam
3. Anda Sopan, Kami Segan
4. Terimakasi-Terimakasi-Terimakasi
Begitu Sudah!
EmoticonEmoticon