Anak-anak yang dikirim Ke Australia |
Saya bukan Pendidik, atau siswa perguruan tinggi yang sedang mendalami ilmu-ilmu pendidikan dan keguruan. Tetapi, kemarin, ketika seorang teman membagikan sebuah foto yang diposting Australian Embassy - Jakarta, Indonesia, saya menjadi sedikit terusik.
Sepuluh anak Papua berdiri berbaris rapi. Di bawa foto itu, tertulis keterangan: sembilan anak Papua dari kabupaten Nduga dikirim untuk bersekolah si ST John's College, Darwin Australia. 35 lagi, katanya akan menyusil.
Aplagi, satu minggu sebelumnya, saya sempat bertemu dengan beberapa petinggi Kabupaten Deiyai yang menginformasikan bahwa pada 2015 nanti, akan ada ratusan guru yang akan dipensiunkan dari Kabupaten Deiyai. Bukan karena suda berumur tua, tetapi karena mereka hanya berbekal ijasa SPG dan D3. Pemerintah pusat suda mengisyaratkan agar pada 2015 nanti, seluruh guru, mulai dari tingakt SD sampai SMA harus berijasa minimal S1.
Ditaksir, kondisi serupa tidak hanya akan terjadi di Deiyai, tapi juga di hampir lebih dari empat puluh kabupaten di atas tanah Papua.(Papua dan Papua Barat). Sekolah yang kurang guru, fasilitas yang minim, tenaga pengajar yang terbatas adalah gambaran umum yang bisa ditemukan di seantero Papua.
Yang membuat saya terusik ialah. Mengapa kabupaten Nduga berani mengirim anak-anak mereka jauh-jau ke australia dari pada berpikir keras menyediakan layanan pendidikan yang baik bagi anak-anak Nduga. Iya, atmotfir pendidikan disana jauh lebih baik. Tetapi bukankah kebijakan demikian selain berkesan lepas tangung jawab dan ingin instan juga menciptakan ketidak adilan.
Jika, sempilan anak plus tiga lima bisa menikmati pendidikan yang baik, lalu bagaimana dengan ratusan atau bahkan ribuan lainya. Bukankah kesempatan untuk mendapat pendidikan yang baik ialah hak mereka juga.
Kebijakan mengirimkan anak-anak terbaik keluar daerah Papua atau bahkan luar negri itu memang baik. Tetapi menurut saya, akan lebih baik jika pemerinta memperbaiki apa yang ada dari pada menganak emaskan 1% tetapi mengabaikan 99%.
Ketentuan Berkomentar:
1. Harus Mengunakan Akun Google
2. Tidak Boleh membuat komentar Spam
3. Anda Sopan, Kami Segan
4. Terimakasi-Terimakasi-Terimakasi
Begitu Sudah!
EmoticonEmoticon