10/3/11

Pasukan Koteka saat bertempur


Ini adalah salah satu gambar dari sekian banyak gambar yang menunjukan bagaimana perang suku di tanah Papua Barat terjadi. Kaum pria yang mengenakan koteka, pakayan tradisonal papua berlari sambil memegang tongkat dan panah  seraya meneriakan pekikan perang. 

Perang suku sendiri terjadi dalam aturan dan ketentuan perang tak tertulis yang suda diwariskan oleh parah leluhur. Misialnya soal tempat berperang, harus suda ditentukan terlebih dahulu oleh kedua belah pihak yang bertikai. Atau mengenai perlindungan terhadap perempuan, anak-anak, bahkan harta benda berupa rumah, kebun dan ternak. Dalam perang suku, anak dan perempuan adalah mereka yang harus dilindungi.


Adegan perang suku di wamena dalam Festigal Lemba Balim

Walau demikian, orang luar Papua sering salah mengartikannya. Bagi mereka semua kontak fisik antar orang papua selalu diangap sebagai perang suku. Melihat orang bertikai dengan mengunakan panah dan berteriak ria (waita) ala Papua, itu suda diangap cukup untuk mengidentifikasikannya sebagai perang suku. Padahal, pemahaman ini salah besar.
Lebih parah lagi, media masa (pers),  yang  salah satu fungsinya sebagai media pendidikan publik juga turut serta menyuburkan pemahaman yang keliru ini. Sering kali, ketika  terjdi bentrokan antara warga di Tanah Papua, Media masa nasional sering menyebutnya dengan istilah perang suku. Padahal, jika di lihat dengan saksama, yang terjadi itu bukanlah perang suku karena perang yang terjadi tidak memenuhi kriteria dan ketentuan tidak tertulis yang suda ditetapkan. Yang terjadi hanyalah bentrokan antrara warga.

Seharusnya parah pekerja media ini jelih melihat persoalan sebelum meberitakannya sehinga akibat lanjutan dari pemberitaannya tidak terjadi pada orang papua.

Contoh, Kata perang suku, selalu mempunyai konotasi yang sangat negatif. Ketika menyebut perang suku, orang akan membayangkan suasana yang kuno, masi terbelakang dan lain sebagainya-walau pun semua itu masi bisa diperdebatkan. Dampak lebih lanjut, label-label tersebut seakan melekat dalam diri orang papua di mana pun mereka berada dalam latar belakang apa pun.


Ketentuan Berkomentar:
1. Harus Mengunakan Akun Google
2. Tidak Boleh membuat komentar Spam
3. Anda Sopan, Kami Segan
4. Terimakasi-Terimakasi-Terimakasi

Begitu Sudah!
EmoticonEmoticon