Ijazah Palsu di Papua |
Kasus ijazah palsu sedang ramai dibicarakan. Media masa baik cetak, elektornik samapi dengan on line memberitakannya secarah luas. Disinyalir, tak hanya kalangan masyarakat yang mengunakan Ijazah palsu, tetapi juga kalangan pejabat. Ironis.
Sebenarnya, kasus Ijazah Palsu bukan hal yang baru. Kabar burung Ijazah palsu telah menjadi buah bibir banyak orang. Tak ketingalan di Papua.
Orang selalu bertanya, "dia itu kulia di mana, kok bisa dia punya gelas sarjana." Begitu kira-kira komentar banyak orang melihat orang yang bakan tidak lulus sekolah dasar tapi tiba-tiba punya gelar sarjana.
Melihat pemberitaan seperti ini, saya teringat dengan sebuah pengalaman waktu berlibur ke Nabire. Suatu siang, saya dijemput bapa tua untunk pergi ke rumah tete di Kali Bumi. Kami mengunakan motor.
Di kali bumi, rumah tete, kami duduk-duduk di para-parah, di bawa pohon jambu yang rindang. Tak lupa pinang kami kunya, sambil menemani cerita.
Teta adalah seorang pensiunan guru. Tapi ia masi terus mengajar karena diminta kepala sekolah mengisi kekurangan guru. Setalah bicara basa-basi, dengan nada serius ia menceritakan pengalaman pada masa tuanya.
Beberapa waktu lalau, ia sedang mengajar. Ia selalu heran, mengapa kelas sebelah selalu gaduh. Apkah guru-guru muda tidak mampu membuat suasana mengajar tanang?
Penasaran, suatu waktu tete menguping dari dari balik dinding. Guru mudah bergelar S. Pd, mengajukan sebuah pertanyaan. " 3 x 3 jumlahnya berapa anak-anak?"
Dengan kompak anak-anak menjawab, "9." Tentu saja jawaban ini benar. Tetapi sang guru tidak mengrubis jawaban murid-murid. Ia menunjuk salah seorang murid yang tidak menjawab. Anak itu lalu menjawab, 6. Guru ini malah membenarkan jawaban anak ini.
Kegaduan pun terjadai, murid-murid kelas empat ini protes. Tetapi ibu guru tak mau ambil pusing. Ia bertahan dengan sikapnya.
Merasa anah, peristiwa ini ia adukan, sama kepala sekolah. Tapi, kepala sekolah hanya membisik, "Ijaza S. Pd, yang ia pakau ialah gelar palsu." Rupanya ibu guru ini tak perna kulia. Tak tau apakah ia juga tamat SD, SMP dan SMA Juga.
Lebih aneh lagi kepala sekolah membiarkan sarjana palsu ini mengajar. Mau bagaimana lagi, jika melarang ibu guru tadi mengajar, siapa yang bakal mengantikannya. hmmm.... posisi yang dilematis.
Isu seprti ini ternyata benar adanya. Majalah Selangkah On-line meberitakan, Dikbut Papua Menemukan 56 Ijaza Palsu. "Di saya hampir 56 ijazah palsu. Ijazah palsu dengan asli itu sama, hanya kode-kode khusus yang bisa membedakannya," kata Elias Wondah, Kadis Dikbut Papua.
Bagaimana dengan penemuan Kemetrian Pemberdayaan Aparatur negara? Sampai hari ini kita belum tahu. Tapi, barang kalih kalau kementrian ini melakukan investigasi, angka 56 akan terus bertamba.
Semoga saja berbagai pihak terkaid, membentuk tim investigasi untuk membongkar praktek Ijazah Palsu. Menguhukum mereka yang menyediakan dan memakai ijazah palsu. Terutama yang mengunakan gelar S. pd. untuk mengajar.
Memang kasus seperti diatas tidak bisa dipakai untuk mengeneralisir seluruh Papua. Bahwa guru yang membenarkan jawaban murid yang salah juga terjadi di sekolah lainya di papua. Tetapi seandainya hal seperti ini terjadi, kita sendang membiarkan anak-anak membekali diri dengan pengetahuan dasar yang minim menghadapi erah persaingan yang telah ada didepan mata.
Begitu Sudah
Berbagi Itu Selalua Indah
Ketentuan Berkomentar:
1. Harus Mengunakan Akun Google
2. Tidak Boleh membuat komentar Spam
3. Anda Sopan, Kami Segan
4. Terimakasi-Terimakasi-Terimakasi
Begitu Sudah!
EmoticonEmoticon